
Aktivitas seperti membagikan momen liburan, makan estetik, atau pencapaian karir sudah menjadi hal yang biasa dilakukan di media sosial. Budaya untuk selalu update di media sosial bisa menjadi tekanan bagi seseorang untuk selalu update juga.
Dorongan untuk selalu posting di media sosial bisa saja terasa melelahkan. Fenomena ini membentuk dinamika baru dalam kehidupan sosial dan psikologis seseorang.
Kenapa Tekanan untuk Selalu Update Bisa Terjadi?
Algoritma dari platform media sosial memunculkan konten dengan interaksi paling tinggi dan konten yang fresh. Jika akun kamu tidak aktif, konten kamu tidak akan muncul di beranda orang lain. Hal ini membuat dorongan untuk terus memposting agar tetap “terlihat.”
Tren yang terus berubah sering membuat kebanyakan orang merasa FOMO dan ingin selalu ikut serta dalam momen yang sedang ramai. Selain itu, dalam lingkungan sekitar, terkadang seseorang yang jarang update bisa dianggap tidak peduli dengan branding dirinya sendiri, dan tidak “sejalan” dalam grup.
Dampak Psikologis dari Tekanan Selalu Update
Di saat selalu posting menjadi hal yang terasa seperti kewajiban, momen yang dibagikan lama-lama terasa tidak asli karena atas dasar tekanan. Berikut beberapa dampak psikologis dari tekanan selalu update.
1. Burnout dan Kecemasan
Tekanan ini akan membuat seseorang merasa cemas ketika belum update selama beberapa hari. Kecemasan yang berlarut-larut bisa berdampak pada terjadinya burnout karena terus menerus merasa harus aktif, update, dan relevan.
Perasaan selalu merasa tidak cukup juga bisa muncul. Di saat hidup terasa baik-baik saja, tetapi seseorang bisa merasa rendah diri karena melihat kehidupan orang lain yang terlihat lebih bahagia, produktif, dan glamor.
2. Perbandingan Sosial
Di media sosial, kebanyakan orang cenderung lebih suka membagikan sisi yang baik dan jarang membagikan kegagalan, kesedihan, atau hari-hari yang tidak produktif. Media sosial sebenarnya adalah panggung yang seringkali sangat berbeda dengan realitanya.
Hal ini bisa membuat seseorang jadi membandingkan kehidupan orang lain yang penuh warna dengan hidupnya sendiri yang penuh tantangan. Perbandingan ini bisa melukai harga diri, merasa tidak cukup baik, dan tidak cukup sukses.
3. Persona yang Terlalu Dibuat-Buat di Media Sosial
Banyak orang yang berusaha membuat persona tertentu di media sosial yang lebih ideal, keren, dan produktif. Tetapi semakin lama, persona yang dibuat-buat akan terasa seperti beban karena itu bukan diri sendiri yang sebenarnya.
Tanpa disadari, kepribadian yang sebenarnya lama-lama akan terlihat di realita. Hal ini bisa menurunkan ekspektasi orang lain dan membuat seseorang jadi dianggap rendah.
Cara Menghadapi Tekanan untuk Selalu Update
Kamu bisa melakukan beberapa cara untuk menghadapi tekanan ini tanpa benar-benar menolak media sosial sepenuhnya. Kamu bisa coba mengambil jeda dari media sosial untuk sementara waktu. Dalam kehidupan, kamu perlu sadari kalau manusia tidak harus selalu tampil sempurna.
Kamu bisa mulai share hal-hal kecil yang biasa dan realistis dengan teman-teman terdekat kamu di media sosial. Fokuslah pada kejujuran yang sebenarnya terjadi, alih-alih mengejar “performa” seperti jumlah likes atau views.
Memilih untuk tidak update bisa menjadi salah satu bentuk keberanian. Mengisi waktu luang dengan tenang bisa memberi ruang untuk bernapas dan menyatu kembali dengan diri sendiri. Perlu diingat, kehidupan nyata mungkin memang tidak sempurna, tapi penuh warna yang bisa membuat kamu menjadi seseorang yang lebih kuat.
Baca juga “Mengenal Digital Overload: Kapan Terakhir Kali Kamu Benar-Benar Rehat dari Layar?”