Pernahkah kamu merasa sedih, marah, atau gelisah, tetapi nggak tahu bagaimana menjelaskannya? Atau mungkin kamu sering berkata, “Aku bingung kenapa perasaanku begini,” meskipun jelas ada sesuatu yang mengganggu. Banyak orang mengalami hal seperti itu, tetapi bukan karena cuek atau nggak peduli. Namun, memang sulit mengenali dan menjelaskan emosi sendiri. Kondisi ini sering disebut alexithymia, ketika perasaan terasa samar dan sulit diterjemahkan jadi kata-kata.
Mengenal Alexithymia, Apakah Berbahaya?
Alexithymia mungkin masih menjadi istilah yang asing bagi kebanyakan orang. Ini bukan gangguan mental, tetapi bisa menjadi salah satu gejala dari kondisi psikologis atau medis tertentu. Alexithymia merupakan kondisi ketika seseorang kesulitan mengenali, merasakan, memahami, dan mengekspresikan emosinya sendiri. Akibatnya, mereka sulit mengidentifikasi apa yang sedang dirasakan, sulit menjelaskannya dengan kata-kata, bahkan kerap kesulitan memahami emosi orang lain.
Gejala Umum Yang Sering Terjadi Pada Kondisi Alexithymia
Gejala kondisi ini seringkali tidak mudah disadari karena berkaitan dengan kesulitan dalam memahami dan menunjukkan emosi. Seseorang yang mengalaminya kerap dianggap tidak peduli atau tidak mau terbuka, padahal sebenarnya mereka kesulitan mengungkapkan apa yang dirasakan. Ciri dan gejala umum yang biasanya muncul antara lain sebagai berikut:
- Kesulitan mengungkapkan perasaan dan emosi yang sedang dirasakan
- Sulit mengenali emosi orang lain termasuk ekspresi wajah dan nada suara.
- Tampak kurang simpatik atau tidak peduli, padahal bingung merespons.
- Tidak bisa mengendalikan stres
- Kemampuan terbatas untuk mengkomunikasikan perasaannya kepada orang lain
- Cenderung berperilaku agresif dan impulsif saat tidak bisa menjelaskan emosinya sendiri
Namun, bukan berarti semua orang yang terlihat cuek pasti punya Alexithymia. Bedanya, ada orang yang nggak peduli meski tau permasalahannya, tapi memilih secara sadar tidak membantu. Sementara itu, orang yang kesulitan mengekspresikan diri justru tetap peduli, tetapi tidak bisa menyampaikan secara verbal. Meski begitu, mereka tetap berusaha menunjukkannya lewat tindakan.
Penyebab Seseorang Mengalami Alexithymia
Alexithymia dapat berakibat fatal bagi penderitanya. Seseorang dengan alexithymia rentan memiliki ide atau melakukan percobaan untuk menyakiti diri sendiri. Penyebab kondisi ini masih belum pasti, tetapi sejumlah penelitian menunjukan adanya keterkaitan adanya antara faktor genetik, lingkungan, maupun neurologis. Berikut beberapa penyebab yang termasuk :
1. Emosi dan depresi
Peneliti menunjukan bahwa 20% – 50% orang dengan gangguan depresi juga memiliki alexithymia. Karena cenderung susah mengungkapkan emosi yang dirasakan.
2. Trauma
Seseorang yang mengalami kondisi alexithymia bisa berasal dari trauma, terutama selama masa kanak-kanak. Mengalami trauma dapat menyebabkan perubahan pada otak yang dapat membuat seseorang sulit untuk merasakan dan mengidentifikasi emosi sendirinya.
3. Kondisi Penyakit Tertentu
Ada beberapa penyakit menunjukkan bahwa alexithymia juga mungkin dimiliki oleh orang yang menderita penyakit tertentu, seperti penyakit Alzheimer, epilepsi, stroke, dan cedera otak.
Cara Mengatasi Kondisi Tersebut
Untuk membantu meredakan kondisi alexithymia ada beberapa latihan sederhana yang dapat dilakukan secara mandiri. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran emosi dan membantu mengekspresikannya dengan lebih nyaman.
- Menulis jurnal harian untuk menuangkan perasaan.
- Menggunakan gambar, foto, atau emoji untuk mengenali jenis emosi.
- Mengikuti kegiatan seni, seperti musik, tari, atau kelas akting.
- Mendengarkan musik untuk membantu memahami suasana hati.
- Membaca komik atau novel yang dapat memicu empati dan perasaan
Kadang gejala pada kondisi ini sulit dikenali karena mirip dengan gangguan psikologis lainnya. Akibatnya, banyak orang tidak menyadari dan terlambat menyadari gejala tersebut. Sebagai antisipasi, jika ada gejala yang berkaitan dengan masalah kesehatan dan itu berlarut, sebaiknya segera berkonsultasi dengan dokter untuk mendapat pemeriksaan lebih lanjut agar bisa mendapatkan penanganan yang tepat.
Baca Artikel Lainnya: Mengelola emosi marah yang efektif
