
Kebanyakan orang saat ini selalu mengandalkan media sosial dalam kehidupan sehari-hari. Mereka menggunakannya untuk mencari informasi, berinteraksi, atau membagikan momen pribadi. Meski dianggap penting, media sosial bisa membawa dampak negatif pada kesehatan mental, salah satunya comparison fatigue.
Definisi Comparison Fatigue
Comparison fatigue terjadi ketika seseorang merasa lelah secara emosional akibat kebiasaan membandingkan dirinya dengan orang lain terutama melalui media sosial. Hal ini sering terjadi secara tidak sadar. Ketika seseorang melihat sesuatu yang buruk tentang pekerjaan, hubungan, penampilan, atau gaya hidup seseorang, ia akan merasa hidup tidak sebaik atau sehebat mereka.
Gejala yang dirasakan saat mengalami ini yaitu merasa minder setelah melihat gaya hidup atau pencapaian orang lain, kehilangan nilai dirinya sendiri, mengalami kecemasan sosial terutama ketika teman-teman tampak berhasil atau bahagia, dan hilangnya dorongan karena percaya bahwa upaya sendiri tidak memiliki arti.
Cara Menghindari Comparison Fatigue di Media Sosial
Perasaan minder yang tidak diatasi dapat berdampak pada menurunnya kesehatan mental seseorang. Berikut beberapa cara menghindari comparison fatigue yang perlu kamu ketahui.
1. Sadari Konsumsi Konten yang Tidak Sehat
Langkah pertama yang perlu kamu lakukan adalah mengakui kalau kamu terjebak dalam kebiasaan membandingkan diri. Selain itu, kamu sebaiknya memperhatikan perasaan diri sendiri setelah menggunakan media sosial.
Jika kamu sering merasa lelah, sedih, atau tidak puas, itu bisa menjadi tanda bahwa kamu perlu melakukan detoks digital.
2. Saring Ulang Akun yang Kamu Ikuti
Mulailah pertimbangkan untuk unfollow akun media sosial yang membuat kamu merasa minder. Jangan ikuti akun media sosial yang hanya menampilkan pencapaian yang tidak memiliki nilai, konten yang manipulatif, atau memprovokasi perasaan.
Sebaliknya, ikuti akun yang mengajarkan, menghibur, atau menimbulkan semangat. Walaupun saat ini adalah era digital yang kompetitif dan bisa menjadi toxic, nyatanya masih ada akun yang mengutamakan kejujuran, kebenaran, dan kesehatan mental.
3. Batasi Waktu di Media Sosial
Untuk mengakses media sosial, atur jadwal khusus atau gunakan fitur batas waktu layar aplikasi. Jangan scroll tanpa tujuan sebelum tidur atau bangun pagi. Hal ini bisa membuat kamu malah membuang-buang waktu secara tidak sadar.
Kamu bisa menggantinya dengan aktivitas yang lebih produktif seperti olahraga ringan, membaca buku, atau journaling.
4. Fokus pada Diri Sendiri
Pastikan kamu selalu ingat bahwa setiap orang memiliki jalan hidup dan waktunya sendiri. Di saat orang lain menikah di usia 25 atau memiliki bisnis yang sukses di usia 22, bukan berarti kamu tertinggal. Fokuslah pada proses kamu sendiri.
Beri tahu kepada diri sendiri bahwa kamu telah membuat kemajuan kecil dan menghargai sekecil apapun usaha yang sudah dilakukan. Bandingkanlah diri kamu dengan diri sendiri di masa lalu, bukan orang lain.
5. Praktikkan Mindfulness
Belajarlah untuk jangan terlalu keras terhadap diri sendiri. Manusia tidak ada yang sempurna. Setiap orang memiliki hari yang baik dan buruk. Sejatinya manusia hanya bisa berusaha dan berdoa, hasil yang akan didapatkan hanyalah takdir yang mengetahui.
Cobalah untuk latihan mindfulness, seperti meditasi, pernapasan, atau menulis jurnal rasa syukur. Hal ini dapat membantu kamu kembali ke realita dan mengurangi dampak negatif dari media sosial.
Kehidupan era digital di mana citra media sosial lebih penting daripada kenyataan bisa membuat tidak stabilnya emosional seseorang. Namun dengan pengelolaan emosi yang sehat, kamu bisa menjadi semakin kuat.
Baca juga “Ide dan Tips Liburan Sederhana untuk Healing Terbaik”