Gen z yang tumbuh di era digital mendapatkan tuntutan hidup dan standar sosial yang tinggi. Informasi yang cepat merambat dari media sosial membuat gen z terdampak oleh kultur produktivitas tinggi. Hal ini berdampak pada fenomena kecemasan saat tidak produktif.

Banyak gen z yang merasa bersalah ketika mereka tidak melakukan sesuatu yang “bermanfaat,” bahkan saat mereka istirahat atau memiliki waktu luang. Bagi mereka, menahan diri sejenak mungkin seperti kegagalan. 

Alasan Gen Z Merasa Cemas Saat Gak Produktif

Kurangnya produktif bisa menyebabkan gen z merasa cemas dan overthinking. Budaya yang berbeda dan pengaruh dari media sosial berperan besar terhadap tekanan yang dialami oleh gen z.

1. Tekanan Sosial dari Media Sosial

Sebagai generasi yang hidup berdampingan dengan meningkatnya media sosial, gen z terbiasa melihat kehidupan orang lain yang terlihat sempurna. Mereka terbiasa melihat pencapaian karier temannya, bisnis sukses, tubuh ideal, gaya hidup sehat, bahkan waktu produktif mereka yang ditampilkan secara estetik.

Kondisi ini menciptakan lingkungan di mana orang dapat membandingkan satu sama lain tanpa batas. Algoritma media sosial menunjukkan yang terbaik dan menciptakan ilusi bahwa setiap orang selalu produktif. Gen z mulai meragukan diri sendiri dan merasa gagal ketika mereka tidak melakukan hal yang sama.

2. Budaya Hustle dan FOMO

Di generasi ini, budaya kerja keras (hustle), yang mengharuskan seseorang bergerak, bekerja, dan mencapai sesuatu, semakin kuat. Frasa seperti “tidak ada hari libur” atau “kerja keras sekarang, nikmati nanti” telah berkembang menjadi semboyan.

FOMO, ketakutan akan tertinggal dari tren, informasi, atau peluang, membuat hal ini lebih buruk. Gen z khawatir kalau mereka tidak bertindak segera, mereka akan kalah dalam persaingan dalam kehidupan sosial, karir, dan pendidikan mereka.

3. Ekspektasi Diri dan Lingkungan yang Tinggi

Kemudahan yang disebabkan oleh teknologi saat ini membuat kebanyakan gen z diharapkan untuk menjadi hebat di segala aspek kehidupan (sosial, ekonomi, karir). Namun selain ekspektasi dari luar, tekanan juga datang dari dalam. 

Banyak Gen Z percaya bahwa mereka harus mencapai sesuatu sebelum usia tertentu, seperti memiliki penghasilan stabil, bisnis sendiri, terkenal di media sosial, atau setidaknya memiliki “sesuatu” untuk dibanggakan di usia muda. Rasa kecewa, malu, dan kegagalan muncul ketika keadaan tidak sesuai harapan.

Dampak Rasa Cemas Karena Gak Produktif

Perasaan cemas atau overthinking yang dialami dalam jangka panjang bisa berdampak buruk pada keseharian setiap orang. Berikut beberapa dampak dari rasa cemas karena tidak produktif.

1. Burnout 

Bahkan sebelum mulai bekerja secara penuh, banyak gen z telah mengalami kelelahan karena tekanan dari sekolah, kuliah, sosial media, dan tuntutan keluarga. Kecemasan yang berlebih bisa menguras tenaga seseorang karena selalu memikirkan kemungkinan buruk yang bisa terjadi.

Kelelahan emosional (burnout) sangat berpotensi membuat tubuh secara fisik menjadi sakit dan melemah. Burnout menyebabkan pikiran tumpul, tubuh lelah, dan semangat hidup menurun.

2. Self-worth yang Bergantung pada Capaian

Kebanyakan gen z hanya merasa bernilai saat ia bekerja, dan ketika mereka gagal atau tidak sibuk, mereka akan merasa rendah diri. Hal ini bisa menyebabkan kelelahan secara mental dan fisik pada seseorang.

Siklus yang seperti ini bisa berdampak pada beban mental yang menumpuk dan membuat masalah mental yang serius.

3. Pola Perbandingan Sosial yang Merugikan

Jika seseorang terlalu sering membandingkan diri dengan orang lain, mereka dapat kehilangan fokus dan beralih ke mengejar ekspektasi orang lain yang mungkin tidak sesuai dengan mereka sendiri. Faktanya, nasib dan rezeki orang pasti berbeda-beda jalannya.

Tidak semua orang bisa sukses dan lancar di dalam bidang dan waktu yang sama. Kamu tidak bisa membandingkan dirimu dengan orang lain, karena setiap orang memiliki jalannya masing-masing. Jangan pernah merasa rendah, bandingkan dirimu sendiri yang sekarang dengan yang dulu dan sadarlah kalau kamu sudah mengalami peningkatan yang baik.

Cara Menghadapi Rasa Bersalah dan Cemas Saat Tidak Produktif

Pola pikir soal produktivitas harus ditanamkan dengan baik. Produktif bukan berarti harus sibuk setiap saat, melainkan melakukan hal yang bermakna sesuai kapasitas. Kamu bisa mengatur waktu kamu sehari-hari agar lebih produktif dengan jadwal time blocking atau detoks media sosial.

Perlu diingat kalau waktu luang bisa digunakan untuk beristirahat. Gak setiap waktu yang kamu punya harus diisi dengan melakukan sesuatu. Kamu bisa meluangkan waktu sejenak untuk istirahat dan tidak melakukan apapun.

Waktu kosong tidak selalu buruk. Kemunduran tidak berarti istirahat. Kamu harus berhenti sebentar, bukan untuk menyerah, tetapi untuk menjadi lebih cerdas.

Baca juga “Mau Ikutan Tren Hiking for Feed? Ini Tips Hiking Aman dan Instagrammable”