
Industri kecantikan yang terus berkembang beberapa tahun terakhir di Indonesia. Tren kecantikan yang menjamur memicu timbulnya konsep fast beauty yang melakukan produksi secara massal atau besar-besaran dalam waktu singkat. Produk ini dijual dalam harga terjangkau dengan kualitas yang baik.
Meskipun fast beauty menawarkan solusi cepat untuk menunjang penampilan, konsep ini memberikan dampak ekologis yang cukup serius. Mulai dari limbah kemasan plastik, bahan kimia berbahaya, hingga perilaku konsumtif yang berlebihan.
Sampah Plastik Menjadi Ancaman bagi Lingkungan
Masalah lingkungan yang paling berdampak dari fast beauty yaitu limbah kemasan. Selain menggunakan plastik sebagai kemasan utama, produk kecantikan juga memakai plastik untuk lapisan luar, segel keamanan, dan bubble wrap untuk keamanan saat pengiriman.
Plastik sekali pakai adalah komponen utama dalam produk kemasan kecantikan mulai dari botol ampoule, jar krim wajah, tube foundation, dan masker wajah. Indonesia yang memiliki tingkat konsumsi produk kecantikan tinggi dapat memperburuk masalah ini.
Selain itu, produk seperti sheet mask dan makeup wipes semakin populer dan meningkat peminatnya karena dianggap praktis. Namun, produk ini memiliki risiko yang besar terhadap lingkungan karena terbuat dari bahan sintetis seperti polyester yang sulit terurai secara alami. Sampah non organik seperti sheet mask membutuhkan waktu 500 tahun untuk terurai.
Untuk memenuhi kebutuhan pasar di Indonesia, beberapa brand berinovasi membuat produk dengan ukuran mini atau travel size. Produk ini dibuat untuk mempermudah orang yang ingin bepergian tanpa bawaan yang berat, atau bagi orang yang ingin mencoba kecocokan produk terlebih dahulu.
Walaupun terlihat lebih ramah kantong plastik, kemasan kecil justru memerlukan lebih banyak plastik dibandingkan kemasan besar.
Upaya Brand dalam Mengurangi Limbah
Meluasnya edukasi tentang bahaya limbah kosmetik membuat masyarakat Indonesia mulai sadar akan isu lingkungan. Hal ini membuat beberapa brand kecantikan memulai upaya untuk mengurangi dampak negatif dari produknya.
Upaya yang paling sering dilakukan yaitu sistem refill dan program daur ulang. Beberapa brand mulai membuat sistem kemasan refill untuk mengurangi penggunaan plastik sekali pakai. Contohnya yaitu brand Somethinc menawarkan refill untuk produk moisturizer dan toner. Brand Sensatia Botanicals menyediakan program daur ulang kemasan bekas untuk konsumen.
Beberapa brand lokal seperti Avoskin dan Sensatia Botanicals menggunakan bahan-bahan alami dan biodegradable dalam formulasi produknya. Namun, biasanya bahan ramah lingkungan yang dipakai hanya sebagian kecil produk, bukan seluruh rangkaian.
Beberapa brand internasional seperti The Body Shop sudah menggunakan kemasan dari plastik daur ulang. Namun, beberapa brand masih kurang efektif dalam mengumpulkan kemasan kosong. Beberapa brand Indonesia lebih memilih menggunakan bahan baku lokal untuk mengurangi jejak karbon dan proses distribusi.
Solusi Mindful Beauty dan Slow Beauty
Dampak negatif dari fast beauty dapat dikurangi dengan menerapkan konsep slow beauty. Konsep ini adalah gerakan yang mendorong penggunaan produk kecantikan secara bijaksana dan berkelanjutan. Kamu bisa menerapkan pola pikir mindful beauty untuk menyikapi tren fast beauty dengan bijak.
Mindful beauty dilakukan dengan memilih produk dengan kemasan refillable, pastikan untuk menggunakan produk sampai habis sebelum membeli yang baru, support brand yang memiliki sertifikasi lingkungan resmi, kurangi penggunaan produk sekali pakai, dan cek transparansi brand sebelum membeli.
Kamu bisa mulai menerapkan mindful beauty dengan memilih brand yang menerapkan slow beauty seperti Sensatia Botanicals, Avoskin, Wardah, dan Lush.
Sebagai konsumen, kamu harus lebih kritis dan teliti dalam memilih produk kecantikan dan mendukung brand yang transparan dan berkomitmen dalam sustainability. Kamu bisa tetap merawat diri dan tampil cantik tanpa harus merusak lingkungan dengan menerapkan konsep mindful beauty. Baca juga “Tips Investasi Aman Untuk Gen Z Gaji UMR”