
Istilah healing bukan lagi sekadar kata, tapi juga simbol dari usaha mencari kedamaian setelah lelah bekerja, belajar, atau menjalani hubungan yang penuh tekanan. Namun di kalangan gen z, healing mengalami perubahan makna yang seakan-akan seperti strategi pencitraan.
Apa Itu Healing?
Dalam konteks psikologis, healing adalah proses memulihkan keseimbangan mental dan emosional setelah mengalami tekanan, luka batin, atau trauma. Healing ini bukan hanya dilakukan dengan mengenali luka mental, tapi juga memproses dan akhirnya bisa berdamai dengan diri sendiri.
Healing bisa dilakukan melalui meditasi, terapi, menulis jurnal, atau sekadar istirahat di rumah. Namun sekarang makna healing mengalami perubahan makna di era media sosial. Kini healing sangat erat kaitannya dengan aktivitas mewah seperti staycation di villa mewah, minum kopi di kafe aesthetic, atau hiking dengan outfit yang match.
Antara Kebutuhan Emosional dan Pencitraan Digital
Pergeseran makna yang terjadi ini bisa sangat berpengaruh terhadap mental gen z yang seharusnya sembuh dengan healing, namun malah menjadi merasa pencitraan. Berikut beberapa fenomena pergeseran makna healing yang terjadi di kalangan gen z.
Tekanan untuk Terlihat “Baik-Baik Saja” di Media Sosial
Gen z hidup dalam rasa harus selalu mempunyai nilai estetika dalam setiap aktivitas yang dilakukan. Hal ini karena mereka selalu merasa ingin mengabadikan dan memamerkan aktivitas healing. Padahal, healing seharusnya tentang kembali ke dalam diri, bukan ke lensa kamera.
Keinginan untuk terus terlihat bahagia bisa menjadi salah satu bentuk penyangkalan. Semakin kuat seseorang mencitrakan dirinya sebagai orang yang baik-baik saja dan settle, bisa jadi ia justru sedang berusaha menutupi luka yang belum sembuh.
FOMO dan Budaya Estetika dalam Proses Penyembuhan
FOMO menjadi salah satu pemicu utama fenomena ini terjadi. Di saat banyak orang membagikan aktivitas healing mereka, yang lain bisa saja merasa tertinggal. Pada akhirnya, healing tidak lagi dilakukan karena benar-benar dibutuhkan, tapi karena ikut-ikutan orang lain. Hal ini membuat healing berubah dari kebutuhan personal menjadi ajang pembuktian sosial.
Budaya estetika pun memperkeruh suasana. Healing dianggap sukses jika di tempat estetik, dengan outfit bagus dan lighting sempurna. Hal ini tentu bertentangan dengan esensi healing yang sebenarnya yaitu introspeksi diri dan jujur pada diri sendiri.
Apakah Healing Gen Z Efektif?
Sebenarnya healing yang efektif itu bersifat internal dan berbeda-beda setiap individu. Bagi sebagian orang, tidak mengunggah apa pun, tidak check-in di tempat mewah, bahkan tidak punya kata-kata puitis bisa membuat dirinya tenang.
Sementara itu, ada pula orang yang healing-nya terlihat secara visual dan lebih mudah dikenali. Mereka suka mengunggah kegiatan liburan, cerita bertema self-love, atau estetik kamar baru. Meskipun begitu, apa yang terlihat tidak selalu mewakili keadaan hati. Banyak yang terlihat kuat padahal rapuh, terlihat bahagia padahal gelisah.
Healing sejatinya fokus pada proses menyembuhkan diri, bukan mencari validasi dari orang lain. Aktivitas sederhana bisa menjadi cara yang ampuh untuk memulihkan mental tanpa harus bermewah-mewahan.
Baca juga “Rekomendasi Dance Workout Kpop Seru dan Efektif untuk Bakar Kalori”