Pernah merasa sulit fokus pada saat belajar? Otak terasa ‘kosong’ setelah berjam-jam scrolling di media sosial? Itu adalah perasaan yang tidak asing lagi bagi banyak orang di era digital ini. Konsumsi konten yang cepat dan instan bisa membuat pikiran menjadi lelah dan dapat menyebabkan hilangnya pikiran atau sering disebut brain rot .
Tentu, brain rot sendiri bukanlah istilah medis melainkan istilah yang sedang populer di generasi sekarang untuk menggambarkan penurunan kemampuan otak dalam berpikir, berkonsentrasi, dan menerima informasi akibat paparan digital yang berlebihan. Oleh karena itu, mengenali gejalanya adalah langkah awal untuk masyarakat menjaga kesehatan dan menjaga produktivitas.
Gejala Brain Rot Yang Sering Tidak Disadari
Kondisi brain rot seringkali tidak disadari karena gejalanya terasa normal dalam kehidupan sehari-hari. Namun, jika diperhatikan lebih jauh, tanda-tanda ini sebenarnya adalah alarm bahwa otak membutuhkan istirahat dan stimulasi yang berbeda. Berikut adalah lima gejala umum yang patut diwaspadai:
1. Penurunan kemampuan berpikir kritis dan menganalisa informasi
Pola konsumsi informasi masyarakat yang instan mulai dari berbagai media sosial seperti TikTok, Instagram, short video , atau headline dapat membuat otak terbiasa menerima informasi tanpa perlu memprosesnya secara mendalam. Hal ini menyebabkan kemampuan untuk membedakan fakta dan opini, serta menganalisis suatu masalah dari berbagai sudut pandang, menurun drastis. Pikiran menjadi malas dan cenderung mengambil kesimpulan yang cepat tanpa mempertimbangkan konteks yang lebih luas.
2. Rentang fokus (attention spam) yang sangat pendek
Otak yang terbiasa beralih dari satu konten ke konten lain dalam hitungan detik akan kesulitan mempertahankan fokus pada satu tugas yang membutuhkan konsentrasi. Hal ini dapat membuat seseorang tidak bisa menyelesaikan video berdurasi panjang, mudah bosan saat membaca buku, atau bahkan harus membaca ulang paragraf yang sama berkali-kali karena pikiran yang tidak fokus.
3. Ketergantungan dengan gadget
Otak manusia terkadang lebih cepat merespons rasa senang contohnya di media sosial seperti like , notifikasi, atau video yang lucu. Ketika sudah terbiasa dengan dosis kesenangan yang cepat ini, otak jadi sulit merasa puas dari kegiatan yang membutuhkan proses dan kesabaran. Kondisi ini dapat membuat seseorang gelisah ketika tidak memegang gadget.
4. Kesulitan untuk bersosialisasi
Komunikasi di media sosial yang serba cepat seringkali hanya menggunakan singkatan atau frase pendek. Kebiasaan ini bisa terbawa ke dunia nyata. Akibatnya, jadi sulit menyusun kalimat yang rapi saat presentasi, membuat tulisan, atau bahkan bersosialisasi dengan orang lain.
5. Mengalami informasi yang berlebihan dan kelelahan mental
Derasnya arus informasi yang tidak ada habisnya dan dengan mudah diakses dapat membuat otak ketagihan. Meskipun seperti merasa terus belajar, yang terjadi sebenarnya adalah kelelahan mental. Pikiran dapat dipenuhi dengan data-data yang tidak teratur, membuat otak menjadi bingung, pusing, dan sulit mengingat hal-hal penting. Ini bisa berakhir pada lelah mental yang terus-terusan.
Strategi Efektif Mencegah Kelelahan Otak
Untuk mengurangi risiko terkena penyakit brain rot, masyarakat dianjurkan menerapkan beberapa langkah sebagai berikut :
1. Terapkan screen time dan lakukan digital detoks secara berkala
Menerapkan batasan waktu layar atau screen time dan melakukan detoks digital secara berkala sangat penting untuk menjaga kesehatan mental dan produktivitas. Gunakan fitur screen time 2 jam per hari pada ponsel untuk orang dewasa di luar jam kerja dan 1 jam per hari untuk anak-anak.
Langkah membatasi penggunaan gadget dan media sosial ini memberikan istirahat bagi otak untuk beristirahat dari stimulasi digital terus-menerus.
2. Batasi paparan konten instan
Membatasi paparan terhadap konten instan yang berlebihan dapat meningkatkan fokus dan perhatian. Alih-alih menghabiskan waktu berjam-jam untuk scrolling, bisa mengalihkannya dengan kegiatan yang lebih bermanfaat.
Contohnya bisa mengisi waktu luang dengan membaca buku, mencoba resep makanan baru, atau menonton film dokumenter. Dengan hal ini dapat membantu otak terbiasa dengan rangsangan yang mendalam dan bermanfaat
3. Perbanyak aktivitas fisik
Berolahraga secara teratur adalah cara yang efektif untuk mengelola stres dan meningkatkan suasana hati. Jadwalkan olahraga secara teratur minimal 30 menit per hari seperti jogging, bersepeda, yoga, atau melakukan gym.
Karena saat berolahraga tubuh akan melepaskan endorfin yang bertindak sebagai penangkal alami kecemasan dan kelelahan mental akibat papran digital dan penggunaan gadget terus menerus.
4. Latih otak dengan tantangan baru
Mengalokasikan waktu yang biasanya dihabiskan untuk scrolling demi mempelajari hal-hal baru dapat meningkatkan fungsi kognitif dan memberikan rasa pencapaian. Kegiatan ini bisa memberi kesegaran dan menjauhkan diri dari kejenuhan.
Untuk itu bisa memanfaatkan dengan belajar keterampilan baru seperti belajar bahasa asing, memainkan alat musik, atau melakukan hobi yang disukai.
5. Tidur cukup dan kelola stres
Tidur adalah waktu yang penting bagi manusia terutama bagi otak karena untuk mengistirahatkan pikiran dan memulihkan diri. Pada umumnya manusia memerlukan istirahat yang cukup setidaknya berusahakan tidur 7-8 jam per hari, dengan memastikan waktu tidur yang cukup maka otak juga dapat berfungsi secara optimal.
Brain rot bukan berarti harus berhenti total dari media sosial. Namun, dengan menerapkan kebiasaan-kebiasaan ini, masyarakat tidak hanya mencegah brain rot, tetapi juga berinvestasi pada kesehatan otak maupun mental untuk jangka panjang.
Baca artikel lainnya : Pentingnya memberi istirahat bagi otak dari digital
